BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perusahaan dapat berkembang merupakan keinginan
setiap individu yang berada di dalam perusahaan tersebut, sehingga diharapkan
dengan perkembangan tersebut perusahaan mampu bersaing dan mengikuti kemajuan
zaman. Karena itu, tujuan yang diharapkan oleh perusahaan dapat tercapai dengan
baik. Kemajuan perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang
bersifat internal dan eksternal. Sejauh mana tujuan perusahaan telah tercapai
dapat dilihat dari seberapa besar perusahaan memenuhi tuntutan lingkungannya.
Memenuhi tuntutan lingkungan berarti dapat memanfaatkan kesempatan dan atau
mengatasi tantangan atau ancaman dari lingkungan perusahaan tersebut.
Perusahaan harus mampu melakukan berbagai kegiatan dalam rangka menghadapi atau
memenuhi tuntutan dan perubahan di lingkungan perusahaan.
Pembinaan
dan pengembangan karyawan baru ataupun lama dalam perusahaan adalah salah satu
kegiatan dalam rangka menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan
karyawan. Karena itu perlu dilakukan penilaian atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan oleh karyawan atau disebut dengan penilaian kinerja..
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian penilaian kinerja?
2.
Apa saja Elemen Penilaian Kinerja?
3.
Apa Metode Penilaian Kinerja?
4.
Apa Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Penilaian Kinerja
Penilaian
kinerja digunakan perusahaan untuk menilai kinerja karyawannya atau
mengevaluasi hasil pekerjaan karyawan. Penilaian kinerja diartikan pula sebagai
sebuah mekanisme yang baik
untuk mengendalikan karyawan.
Menurut Hasibuan (2000:87) : Penilaian kinerja adalah kegiatan
manajer untuk mengevaluasi perilaku prestasi kerja pegawai serta menetapkan
kebijaksanaan selanjutnya. Evaluasi atau penilaian perilaku meliputi penilaian
kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan, kerjasama, loyalitas, dedikasi, dan partsipasi
pegawai.
Instrument
penilalian kinerja dapat digunakan untuk meriview kinerja, peringkat kinerja,
penilaian kinerja, penilaian karyawan dan sekaligus evaluasi karyawan sehingga
dapat diketahui mana karyawan yang mampu melaksanakan pekerjaan secara baik, efisien,
efektif dan produktif sesuai dengan tujuan perusahaan.
2.2. Elemen Penilaian Kinerja
a. Performance Standard
Penilaian kinerja
sangat membutuhkan standar yang jelas yang dijadikan tolak ukur atau patokan
terhadap kinerja yang akan diukur. Standar yang dibuat tentu saja harus
berhubungan dengan jenis pekerjaan yang akan diukur dan hasil yang diharapkan
akan terlihat dengan adanya penilaian kinerja ini.
b. Kriteria Manajemen Kinerja (Criteria for
Managerial Performance)
Kriteria penilaian
kinerja dapat dilihat melalui beberapa dimensi, yaitu kegunaan fungsional (functional
utility), keabsahan (validity), empiris (empirical base),
sensitivitas (sensitivity), pengembangan sistematis (systematic
development), dan kelayakan hukum (legal appropriateness).
c. Pengukuran Kinerja (Performance
Measures)
Pengukuran kinerja
dapat dilakukan dengan menggunakan sistem penilaian (rating) yang
relevan. Rating tersebut harus mudah digunakan sesuai dengan yang akan diukur,
dan mencerminkan hal-hal yang memang menentukan kinerja Werther dan Davis
(1996:346). Pengukuran kinerja juga berarti membandingkan antara standar
yang telah ditetapkan dengan kinerja sebenarnya yang terjadi. Pengukuran
kinerja dapat bersifat subyektif atau obyektif. Obyektif berarti pengukuran
kinerja dapat juga diterima, diukur oleh pihak lain selain yang melakukan
penilaian dan bersifat kuantitatif. Sedangkan pengukuran yang bersifat
subyektif berarti pengukuran yang berdasarkan pendapat pribadi atau standar
pribadi orang yang melakukan penilaian dan sulit untuk diverifikasi oleh orang
lain.
d. Analisa Data Pengukuran
Setelah menetapkan
standar pengukuran, kemudian mulailah dikumpulkan data-data yang diperlukan.
Data-data dapat dikumpulkan dengan melakukan wawancara, survei langsung, atau
meneliti catatan pekerjaan dan lain sebagainya. Data-data tersebut dikumpulkan
dan dianalisa apakah ada perbedaan antara standar kinerja dengan kinerja
aktual.
e. Bias dan Tantangan dalam
Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja harus
bebas dari diskriminasi. Apapun bentuk atau metode penilaian yang dilakukan
oleh pihak manajemen harus adil, realistis, valid, dan relevan dengan jenis
pekerjaan yang akan dinilai karena penilaian kinerja ini tidak hanya berkaitan
dengan masalah prestasi semata, namun juga menyangkut masalah gaji, hubungan
kerja, promosi/demosi, dan penempatan pegawai.
2.3. Metode Penilaian Kinerja
a. Beroirentasi masa lalu
1.
Rating Scale
Merupakan metode yang paling
banyak digunakan untuk menilai kinerja karyawan pada masa lalu, dimana
penilaian kinerja dilakukan oleh atasan atau manajer yang bersangkutan. Metode
ini terdiri dari dua bagian yaitu : bagian suatu daftar karakteristik, bidang,
ataupun perilaku yang akan dinilai dan bagian skala. Dalam penilaian metode
meliputi faktor kejujuran, kerajinan, ketekunan, sikap, kerja sama,
kepemimpinan, kecermatan, kesetian dan kerapihan.
Prinsip : Dalam penilaiannya
terdapat kolom-kolom yang berisi kategori penilaian yang di nyatakan dalam
bentuk sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang baik. Penilaian
metode berdasarkan faktor – faktor penilaiannya.
Kelebihan : Penilaian dilakukan
dengan banyak pegawai, metode ini sitem penilaian sederhana dan cepat.
Kelemahan : Pengisian lembar
penilaian dalam waktu singkat membuat pemimpin melupakan tujuan evaluasi
kinerja, kriteria yang dipergunakan untuk penilaian samar.
2.
Checklist
Metode ini hampir sama
dengan rating scale dengan memberikan pertanyaan yang berupa lembar pertanyaan
atau formulir, tetapi pertanyannya di beri bobot untuk mengkalkulasi penilaian
kinerja pegawai. Metode ini di jadikan gambaran hasil kerja karyawan yang
akurat.
Prinsip : formulir isian yang
berdasarkan nama karyawan, bagian dimana karyawan bekerja, nama dan jabatan
penilai, faktor yang dinilai dengan sorotan perhatian terutama ditunjukan pada
aspek kritikal dalam mengukur keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas.
Kelebihan : biaya yang murah,
pengurusannya mudah, penilaian hanya membutuhkan pelatihan sederhana.
Kelemahan : penilaian yang hanya
mengedepankan penilaian pribadi karyawan dalam menentukan kriteria pekera,
menentukan bobot yang tidak sesuai.
3.
Forced Choice Method
Merupakan berbentuk
presentase yang sudah ditentukan dari karyawan ditempatkan dalam kategori
kerja. Dalam metode ini mengandung pernyataan baik bersifat positif maupun
negatif tentang pegawai yang dinilai. Pernyataan terdapat berbagai faktor
seperti kemampuan belajar, prestasi kerja.
Prinsip: dalam sistem penilaian ini
menggunakan penilaian dengan skala lima butir yaitu berkinerja tinggi,
berkinerja rata-rata tinggi, berkinerja rata-rata, berkinerja rata-rata rendah
dan berkinerja rendah.
Kelebihan: dapat mengidentifikasi
yang mempunyai prestasi tinggi, mengurangi penyimpanan penilai.
Kelemahan: tidak realistik mendorong
pimpinan untuk mendistribusikan ke lima kelas yang karyawanya hanya empat atau
lima. Penilaian hasil tergantung pada ketepatan pilihan awal pimpinan atas
nilai-nilai jalan pintas. kesulitan dalam mendapatkan karyawan yang memandang
diri sendiri sebagai orang yang berprestasi tinggi untuk memahami bahwa
mendapatkan nilai standar tinggi tidak sama dengan mendapat nilai C pada rapor.
4.
Critical Incident Method
Merupakan metode ini penilai
harus mencatat semua kejadian mengenai tingkah laku bawahannya sehari-hari yang
kemudian dimasukan kedalam buku catatan khsusu yang terdiri dari berbagai macam
kategori tingkah laku bawahaannya.
Prinsip : mtode ini dugunakan untuk
melengkapi metode lainnya.
Kelebihan : menyajikan fakta-fakta
yang spesifik untuk menjelaskan penilaian, bermanfaat untuk mengidentifikasi
kinerja pegawai untuk perbaikan kemrosotan.
Kelemahan : sulit untuk menilai atau
memeringkatkan karyawan yang berhubungan dengan satu sama lain.
5.
Metode Catatan Prestasi
Adalah metode yang
berhubungan dengan metode peristiwa kritis dengan catatan penyempurnaan
misalnya penampilan, kemampuan berbicara dan kepemimpinan.
Prinsip : metode ini
digunakan untuk menghasilkan detail laporan tahunan tentang kontribusi pegawai.
Kelebihan : digunakan untuk
pengambilan keputusan untuk promosi serta memberikan masukan tentang hasil
kerja yang akan datang.
Kelemahan : metode ini hanya
memberikan sesuatu yang baik saja terhadap apa yang dilakukan karyawan.
6.
Behaviorally Anchored Rating
Scale (BARS)
Merupakan metode ini
bertujuan untuk mengkombinasikan manfaat dari metode peristiwa kritis dan
penilaian berdasarkan kuantitas dikaitkan dengan skala berdasarkan kuantitas.
Kelebihan : skala pemberian
penilaian yang akurat, standar yang lebih jelas, memberikan umpan balik,
memiliki dimensi independen.
Kelemahan : sulit untuk di
kembangkan
7.
Field Review Method
Merupakan metode dengan
penilaian langsung turun ke lapangan untuk mendapat informasi dari atasan atas
prestasi karyawannya. Dari hasil turun langsung ke lapangan di buat untuk
langkah-langkah pengembangan karir.
Kelebihan : penilaian dilakukan oleh para ahli penilaian
dan juga karena tidak terpengaruh oleh hallo effect.
Kelemahan : penilai,
meskipun seorang ahli, tetap tidak bebas dari ‘bias’ tertentu dan bagi
organisasi besar menjadi mahal karena harus mendatangkan ahli penilai ke tempat
pelaksanaan tugas.
8.
Performance Test and
Observation
Adalah penilaian didasarkan
pada tes pengetahuan dan keterampiolan berupa tes tertulis dan peragaan.
Prinsip : Karyawan dinilai,
diuji kemampuannya, baik melalui ujian tertulis seperti tingkat pengetahuan
tentang prosedur dan mekanisme kerja yang telah ditetapkan dan harus ditaati
atau melalui ujian pratek yang langsung diamati oleh penilai.
Kelebihan : menegtahui
langsung kemempuan prestasi kerja karyawan.
Kelemahan : memerlukan biaya
yang mahal karena memerlukan penyesiaan alat tulis
9.
Comparative Evaluation
Approach
Adalah metode yang
mengutamakan perbandingan prestasi kerja seorang karyawan dengan karyawan lain
dengan kegiatan yang sejenis.
Prinsip : Metode peringkat
yaitu penilai menentukan peringkat bagi sejumlah karyawan mulai dari yang
berprestasi hingga yang paling tidak berprestasi.
Kelemahan : dapat terlihat
klasifikasi para karyawan ditinjau dari prestasi kerjanya.
Kelemahan : peringkat yang dibuat tidak memberikan
gambaran yang jelas tentang makna peringkat tersebut.
b. Berorientasi masa datang
1. Self Appraisal
Merupakan penilaian yang di lakukan ileh karyawan
sendiri dengan harapan karyawan tersebut dapat lebih mengenal kekuatan-kekuatan
kerja yang perlu diperbaiki.
Prinsip : pengenalan ciri-ciri positif dan negatif
yang terdapat di dalam diri seseorang merupakan dorongan kuat baginya untuk
lebih meningkatkan kemampuan kerja.
Kelebihan : karyawan dapat mengetahui kemampuannya
sendiri kaerena tidak memerlukan seorang penilai, tidak memerlukan biaya yang
mahal
Kelemahan : organisasi tidak mengetahui secara
persis kemampuan karyawan karena di
nilai sendiri
2.
Management by objective
Adalah satu bentuk penilaian di mana karyawan dan
penyelia bersama-sama menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan
kerja di waktu yang akan datang. Penilaian kinerja berdasarkan metode ini
merupakan suatu alternatif untuk mengatasi kelemaha-kelemahan dari bentuk
penilaian kinerja lainnya.
Prinsip : Pemakaiannya terutama ditujukan untuk
keperluan pengembangan karyawan. Metode ini lebih mengacu pada pendekatan
hasil. Metode ini sebagai sebuah program di mana manajemen yang melibatkan
karyawan dealam pengambilan keputusan untuk menentukan sasaran-sasaran yang
hendak dicapainya, yang dapat dilakukan melalui prosedur.
3.
Penilaian berdasarkan psikologis
Adalah proses penilaian yang dilakukan oleh para
ahli psikologi untuk mengetahui potensi seseorang yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan seperti kemampuan intlektual, motivasi, dan lain-lain
yang bersifat psikologis. Penilaian ini biasanya dilakukan melalui serangkaian
tes psikologi seperti tes kecerdasan intelektual, tes kecerdasan emosional,
diskusi-diskusi, tes kecerdasan spiritual dan tes kepribadian, yang dilakukan
melalui wawancara atau tes-tes tertulis terutama untuk menilai potensi karyawan
di masa yang akan datang.
4.
Assesment Center
Merupakan penilaian yang dilakukan melalui
serangkaian teknik penilaian dan dilakukan oleh sejumlah penilai untuk
mengetahui potensi seseorang dalam melakukan tanggung jawab yang lebih besar.
Dasar dari teknik ini berupa serangkaian latihan situsional, dimana latihan ini
berupa tugas manajemen yang disimulasikan dan meliputi teknik-teknik seperti
bermain peran, analisis kasus, wawancara dan tes psikologis.
2.4. Tujuan dan
Manfaat Penilaian Kinerja
1.
Posisi tawar. Untuk memungkinkan manajemen
melakukan negosiasi yang obyektif dan rasional dengan serikat buruh (kalau ada)
atau langsung dengan karyawan.
2. Perbaikan Kinerja. Umpan balik pelaksanaan
kerja yang bermanfaat bagi karyawan, manajer dan spesialis personil dalam
bentuk kegiatan untuk meningkatkan atau memperbaiki kinerja karyawan.
3. Penyesuaian Kompensasi. Penilaian kinerja
membantu pengambilan keputusan dalam penyesuaian laba/rugi, menetukan siapa
yang perlu dinaikan upah/bonusnya atau kompensasi lainnya.
4. Keputusan Penempatan. Membantu dalam promosi,
keputusan penempatan, dan pemindahan dan penurunan pangkat pada umumnya
didasrkan pada masa lampau atau mengantisipasi kinerja. Sering promosi adalah
penghargaan untuk kinerja yang lalu.
5. Pelatihan dan pengembangan. Kinerja yang buruk
mengindikasikan adanya suatu kebutuhan untuk latihan.
6. Perencanaan dan pengembangan karier. Umpan
balik penilaian kinerja dapat digunakan sebagai panduan dalam perencanaan dan
pengembangan karier karyawan, penyusunan program pengembangan karier yang tepat
dapat menyelaraskan antara kebutuhan karyawan dengan kepentingan karyawan.
7. Evaluasi proses staffing. Prestasi kerja yang
baik atau buruk mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing
departemen SDM.
8. Defisiensi proses penempatan karyawan. Kinerja
yang baik atau buruk mengisyaratkan kekuatan atau kelemahan dalam prosedur
penempatan karyawan di departemen SDM.
9. Ketidakakuratan informasi. Kinerja lemah
menandakan adanya kesalahan di dalam informasi analisis pekerjaan , perncanaan
SDM atau sistem informasi SDM.
10. Kesalahan dalam merancang pekerjaan. Kinerja yang lemah mungkin merupakan
gejala dari rancangan pekerjaan yang kurang tepat.
11. Kesempatan kerja yang adil. Penilaian kinerja yang akurat terkait dengan
pekerjaan dapat memastikan bahwa keputusan penempatan internal tidak bersifat
diskriminatif.
12.Mengatasi tantangan-tantangan eksternal. Kadang-kadang kinerja dipengaruhi
oleh faktor di luar lingkungan kerja. Jika faktor ini tidak dapat diatasi
karyawan bersangkutan, departemen SDM mungkin mampu menyediakan bantuan.
13. Elelem-elemen pokok sistem penilaian kinerja. Departemen SDM biasanya
mengembangkan penilaian kinerja bagi karyawan di semua departemen.
Elemen-elemen pokok sistem penilaian ini mencakup kriteria yang ada hubungan
dengan pelaksanaan kerja dan ukuran-ukuran kriteria.
14. Umpan
balik ke SDM. Kinerja baik atau buruk din seluruh perusahaan mengindikasikan
seberapa baik departemen SDM berfungsi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penilaian kinerja
adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku prestasi kerja pegawai
serta menetapkan kebijaksanaan selanjutnya. Evaluasi atau penilaian perilaku
meliputi penilaian kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan, kerjasama, loyalitas,
dedikasi, dan partsipasi pegawai
Elemen Penilaian Kinerja
a. Performance Standard
b. Kriteria Manajemen Kinerja (Criteria for
Managerial Performance)
c. Pengukuran Kinerja (Performance
Measures)
d. Analisa Data Pengukuran
e. Bias dan Tantangan dalam
Penilaian Kinerja
Metode Penilaian Kinerja
a. Beroirentasi
masa lalu
·
Rating Scale
·
Checklist
·
Forced Choice Method
·
Critical Incident Method
·
Metode Catatan Prestasi
·
Behaviorally Anchored Rating Scale (BARS)
·
Field Review Method
·
Performance Test and Observation
·
Comparative Evaluation Approach
b. Berorientasi
masa datang
·
Self Appraisal
·
Management by objective
·
Penilaian berdasarkan psikologis
·
Assesment Center
Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
1.
Posisi tawar.
2.
Perbaikan Kinerja.
3.
Penyesuaian Kompensasi.
4.
Keputusan Penempatan.
5.
Pelatihan dan pengembangan.
6.
Perencanaan dan pengembangan karier.
7.
Evaluasi proses staffing. Prestasi
8.
Defisiensi proses penempatan karyawan.
9.
Ketidakakuratan informasi.
10.
Kesalahan dalam merancang pekerjaan.
11.
Kesempatan kerja yang adil.
12.
Mengatasi tantangan-tantangan eksternal.